Skip navigation

Minggu lalu, aku menghadapi beberapa hal yang membuatku stress.

Pertama, internet dan telpon via DSL tidak jalan. Dari 28 Februari hingga pertengahan Maret, aku bolak-balik ke Kundencenter (customer service) perusahaan telekomunikasi terbesar di Jerman. Customer service yang tidak mengerti produk yang dijual dan cuma mengandalkan layar monitor. Selain itu, telpon hotline menggunakan software speech processing yang hanya cocok untuk mereka berbahasa-ibu Jerman (deutsche Muttersprache/ german mother language).

Akhirnya, kutahu bagaimana mengurus masalah ini via website. Aku bisa memasukkan keluhanku via website, ditambah beberapa ancaman (hehehe). Setelah tiga minggu, yaitu 19 Maret, aku bisa menggunakan DSL ini untuk internet (dan telpon). Itu pun dengan kerja keras mencari di mana kabel telpon dan kotak utama di rumah. Akibat urusan ini, aku tidak bisa konsentrasi dengan pekerjaanku dan insomnia (sampai sekarang).

Kedua, aku pergi mencuci dengan gembira di suatu malam, sepulang kerja. Wajah ceriaku sebelum mencuci bisa dilihat di blogku yang berbahagia. Di sana, terlihat pula seorang jomblo di malam Sabtu, pergi mencuci untuk perdamaian dunia. Washing for World Peace, euy!

Akan tetapi kebahagiaan ini tak bertahan lama. Akibat ketidaktahuan akan jadwal washing center, bencana pun tiba pada diriku ini. Di tempat mencuci tersebut, tidak tertulis jadwal. Aku keluar sebentar untuk secangkir coklat hangat, ternyata pintu otomatis mengunci pada jam tertentu. Ketika aku berbalik, pintu tertutup erat dan terkunci rapat.

Satu lagi yang brengsek, informasi nomor telpon yang harus dihubungi terletak di dalam washing center bukan di pintu atau di luar tempat itu. Terpaksa, keesokan harinya, aku harus mengambil pakaianku yang tertinggal di sana. Lumayan, aku belajar bahwa washing center ini tutup jam 22.00 dan nomor telpon pemiliknya sudah kucatat.

Ketiga, aku masih mengurus kepindahan dari Nürnberg ke Bremen. Urusan telpon di atas membuat waktu dan pikiran terkuras. Ketika aku tidak bisa pergi ke Nürnberg akibat kepala pening, aku mencuci pakaian untuk perdamaian. Ternyata bukan kedamaian yang kudapat, melainkan tambahan stress dan gangguan jam tidur.

Minggu lalu, kudapat telpon dari pemilik rumah kalau akan ada calon penyewa yang ingin melihat apartemen di Nürnberg. Akupun segera pergi ke Nürnberg, membereskan tembok yang bolong dan membereskan beberapa hal. Calon penyewa positif mengambil apartemen tersebut. Untungnya, dia pengusaha tranporter. Jadinya aku bisa menyewa jasanya untuk pindahan. Aku juga mendapat jadwal untuk pindahan.

Urusan pindahan ini lumayan membuat ketenangan Paskah diriku terganggu. Aku juga harus mengatur janji mana yang harus kutepati dan kubatalkan di Bremen. Nampaknya, aku harus merayakan Paskah di Nürnberg.

Keempat, aku salah mengklik tautan di internet. Ini akibat rasa ingin tahuku, tentang apa hubungan hacktivist Anonymous dan suatu kampung bernama Steubenville, di Ohio, USA (Amerika Serikat). Akibat klik ini, tiba-tiba aku menginvestigasi banyak forum, blog, berita, dll yang tentu saja menambah klik jemariku untuk hal di luar pekerjaan utamaku.

Tentang kampung ini, aku akan menceritakan di posting blog berikutnya. Yang jelas kampung ini betul-betul ramai di media berbahasa Inggris: USA, UK, dan Kanada (serta mungkin Australia?). Mengikuti berita ini bisa membuat stress mereka yang bermimpi tentang dunia yang penuh keadilan dan kesetaraan. Perjuangan masih panjang.

Akibat sistem otomatisasi hotline yang menyebalkan, juga kegagalan sistem otomatis pemindahan saluran DSL dari Nürnberg ke Bremen, dan ditambah terkunci oleh pintu otomatis, aku jadi benci dengan otomatisasi dan hal-hal yang serba otomatis. Namun kusadari kalau aku lulusan Automation Engineering, jadi membenci otomatisasi itu sama saja menyangkal diriku sendiri. Kemudian, kutumpahkan semua kekesalanku yang otomatis dalam tulisan “Otomatiscab“.

Aku bersyukur kepada Tuhan, karena aku dapat belajar banyak dari ketegangan ini. Aku juga merasakan bahwa yang membuatku tetap merasa hidup adalah rasa ingin tahuku. Rasa penasaran inilah yang membimbingku dalam Dharmaku sebagai engineer (juga sebagai blogger investigatif, hehehe). Namun kini, aku harus berjuang melawan insomnia. Perjuangan masih panjang, tapi kupercaya bahwa hari kemenangan akan segera tiba.

Bremen, 28 Maret 2013

iscab.saptocondro

via suka duka iscab di bremen http://iscabremen.blogspot.com/2013/03/paska-stress.html

7 Comments

  1. benar-benar stres. Kalau pindahan mah sekaligus aja, mas. Tidak buang masa

    • Pengen juga begitu. Aku baru bisa ngambil cuti bulan juni sayangnya.

      • wah, keburu dimarahin yg punya. Ya, ini mumpung libur bisa pindahan mas. Mas, kl pindahan di sana bisa sewa kendaraan gt g?

      • Kalau aku punya SIM Jerman, sih, aku bisa menyewa kendaraan. Biayanya mungkin sepertiga dari biaya nyewa jasa pindahan.

        Untuk dapat SIM Jerman, aku harus masuk sekolah mengemudi dulu dan lulus ujian. Setelah urusan pindahan beres, aku bakal memperjuangkan SIM Jerman.

      • lama itu mas. Kl g lulus, juga g bisa nembak SIM ya….hihihi..
        Semoga beres minggu ini….

  2. I am extremely impressed together with your writing talents and also with the structure on your weblog. Is this a paid subject or did you customize it yourself? Anyway stay up the excellent quality writing, it is uncommon to peer a nice weblog like this one today..


Leave a reply to Khusna Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.