Hari ini, akhirnya aku kembali ke kantorku di Jade HS Oldenburg. Selama 8 hari kerja, aku tidak ke kantor. Aku datang ke kantor jam 1 siang. Contoh pegawai negeri teladan?
Hari ini, aku kollokium di Uni Oldenburg pukul 10:30 pagi. Aku banyak mendapatkan informasi mengenai EEG dan fNIRS yang dipakai secara hybrid untuk mengamati atensi manusia terhadap rangsangan visual dan audio. Jadi aku datang ke kantor siang-siang bukan karena malas, melainkan karena tukar ilmu.
Minggu lalu, aku bersama mahasiswa-mahasiswi Assistive Technology, tiga rekan kerja dan dua Profesor, pergi excursion atau kuliah lapangan ke Hamburg. Selama seminggu, aku menimba pengalaman keilmiahan dan kemahasiswaan. Pengalaman ilmiah kudapatkan dari pagi sampai sore dalam bentuk kunjungan sana-sini dan merasakan beberapa demo teknologi dan presentasi. Pelajaran penting yang kudapatkan adalah kalau tak sengaja melihat penelitian rahasia/confidential (diduga militer), maka wajah kami harus difoto.
Pengalaman kemahasiswaan kuperoleh pada malam hari, dalam bentuk vitamin B33R. Pelajaran penting yang kupetik adalah vitamin B33R dari Irlandia bukan hal yang cocok buat perutku. Jerman lebih baik dan lebih membahagiakan. Jadi aku tidak masuk kantor seminggu, bukan karena malas, melainkan karena tidak mau kesepian di kantor ketika semua rekan kerja pergi kulap ke Hamburg.
Dua minggu lalu, aku menghadiri training 2 hari di Delmenhorst. Aku menerima ilmu PyMVPA (Python for Multivariate Pattern Analysis). Setelah melalui seleksi tidak ketat, hanya 1 banding 2, aku diterima ikut training tingkat Eropa ini. Training ini cocoknya untuk pengguna fMRI, sedangkan aku pengguna EEG. Entah kenapa, aku diterima. Lumayanlah, bisa kenal banyak orang dan dapat wawasan mengenai utak-atik data fMRI dan tantangannya. Jadi aku tidak masuk kantor, bukanlah karena malas, melainkan karena “ngelmu”.
Ternyata fMRI rumit juga. Gimana cara download data 355 GB? Udah itu, jalanin simulasi di laptop? http://t.co/eU868xWOkU — iscab.saptocondro (@saptocondro) March 7, 2014
Sebelum training dua hari, aku mempersiapkan diri dengan belajar Numpy, suatu toolbox python untuk mengolah array, matriks dan hal-hal numerik. Satu hari Rabu, aku belajar di rumahku di Bremen. Aku tidak ke kantor karena alasan religius juga. Saat itu Rabu Abu (Ash Wednesday/ Aschermittwoch) dan aku ingin pergi ke gereja di Bremen yang dekat rumahku. Aku tak mau menghabiskan waktu dalam perjalanan rumah-kantor-gereja. Jadinya aku bekerja (belajar) di rumah lalu pergi ke gereja, dengan sepeda. Lumayan olahraga singkat dan udara segar.
Segala kegiatan training PyMVPA di Delmenhorst dan kulap Hamburg akan kuceritakan di blog Catatan Mahasiswa Doktoral milikku. Sebagian persiapannya telah kuceritakan sebelumnya:
Kini aku kembali ke kantor lagi. Aku harus mengembalikan otakku ke mode bekerja dan meneliti lagi. Aku harus melihat kesibukan apa lagi yang harus kuhadapi.
Bulan ini, aku membaca beberapa tulisan dari Nature Outlook tentang vaksin. Di sana terdapat kesulitan dalam penelitian, pembuatan dan pendistribusian vaksin. Tahun lalu, baru ada vaksin malaria, yang berguna bagi Afrika, dan mungkin juga Indonesia. Aku tidak tahu bagaimana penelitian vaksin malaria di Indonesia, yang jelas Kalimantan dan Papua memiliki malaria yang ganas.
Vaksin adalah bahan antigen yang digunakan untuk menimbulkan kekebalan aktif pada manusia. Antigen ini biasanya berasal dari bibit penyakit. Vaksin bisa berupa bakteri atau virus yang dilemahkan atau dimatikan. Dia juga bisa sebagian dari bibit penyakit tersebut: surface protein (protein permukaan), toksin, peptida, recombinant vector, DNA, RNA, dll. (wiki: en,de,id). Penelitian vaksin selalu berkembang seiring dengan perjuangan manusia melawan penyakit.
Dalam pendistribusian vaksin, banyak daerah di Asia dan Afrika yang berbukit dan bergunung tanpa jalan raya dan listrik. Akibatnya vaksin sulit mencapai tempat tujuan dalam keadaan yang cukup dingin tapi tidak beku dan tidak rusak kena panas.
Selain masalah geografis, vaksinasi juga tidak dipercaya oleh sebagian orang. Hoax dari internet bahwa vaksin dapat menyebabkan autisme masih tersebar di milis, blog dan facebook. Padahal berdasarkan pemantauan WHO dan penelitian terkini, tidak ditemukan hubungan antara vaksin dan autisme. Selain itu, alasan religius juga membuat vaksin ditolak.
Alasan penolakan utama vaksinasi di kalangan umat Kristen, termasuk juga Katolik, adalah surat Paulus kepada umat Korintus, yaitu 1 Kor 3:16-17. Isinya sebagai berikut.
Dalam bahasa Indonesia, “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bai Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu” (Alkitab Terjemahan Baru, Lembaga Alkitab Indonesia)
Dalam bahasa Inggris, “Do you not see that you are God’s holy house, and that the Spirit of God has his place in you? If anyone makes the house of God unclean, God will put an end to him; for the house of God is holy, and you are his house.” (Bible in Basic English)
Dalam bahasa Jerman, “Wisset Ihr nicht, dass ihr Gottes Tempel seid und der Geist Gottest in euch wohnt? So jemand den Tempel Gottes verderbt, den wird Gott verderben; denn der Tempel Gottes ist heilig, der seid ihr.” (Lutherbibel 1912)
Secara pribadi, aku masih tak mengerti bagaimana caranya ayat ini diinterpretasi menjadi “Jangan menerima vaksinasi”. Memang vaksin adalah suatu zat yang berasal dari bibit penyakit. Namun obat-obatan seperti antibiotik, juga berasal dari ragi atau jamur yang beracun. Obat batuk menggunakan alkohol dan bisa memabukkan serta merusak “Bait Allah”. Obat flu juga dapat membuat orang mengantuk, yang bisa menghilangkan kesadaran sehingga tertidur. Hal-hal yang membuat tak sadar sebetulnya bisa juga merusak Bait Allah. Pada ilmu farmasi, obat dilambangkan dengan ular. Semua obat, pada dasarnya adalah racun, terutama jika diberikan dengan dosis dan cara yang tidak tepat.
Sebagai seorang Katolik yang mengalami pendidikan 14 tahun di sekolah Katolik, aku tidak menemukan pertentangan antara vaksinasi dengan ayat 1 Kor 3:16-17. Bahkan aku mendapat vaksinasi dari sekolah. Selain itu, aku juga mendapat vaksinasi hepatitis B dari rumah sakit Katolik di Bandung. Agama Katolik yang kuanut tidak menggambarkan penolakan terhadap vaksinasi.
Beberapa kawan yang Kristen fundamentalis yang kukenal juga membiarkan diri mereka dan keluarga mereka divaksinasi. Definisi mengenai Kristen fundamentalis memang agak kabur, tapi kira-kira beginilah cirinya
Percaya tahayul, bahwa roh-roh jahat tersebar di Jerman menyebabkan Perang Dunia I dan II beserta tragedi kemanusiaannya. Lalu roh jahat ini membuat orang Eropa menjadi menjauhi Tuhan.
Kalau berdoa, harus komat-kamit tidak jelas dan teriak-teriak. Lalu menggelepar-gelepar di tanah.
Percaya tahayul teologi sukses (prosperity gospel), yang mengatakan bahwa harus memberikan persepuluhan ke gereja, jika tidak ingin tertimpa sial. Kalau memberikan sepuluh persen penghasilan, maka rezeki akan datang tiba-tiba berkali-lipat.
Percaya bahwa Tuhan adalah “tukang sulap” dan “tukang obat” yang bisa langsung menyembuhkan penyakit, dalam bentuk “faith healing”.
Kuliah biologi tapi mengutuk teori evolusi, lalu marah-marah kalau dapat IPK jelek atau ketika lulus sulit mendapat kerja di bidang sains.
Kuliah fisika, matematika atau teknik, tapi mengutuk teori probabilitas karena di dunia tidak ada yang acak/random melainkan semua terjadi akibat takdir atau kehendak Tuhan. Kemudian mereka kesal karena harus mengulang ujian probabilitas dan statistika atau ujian pengolahan sinyal atau ujian teori sistem.
Menyebut bahwa aku adalah seorang Antichristus. hehehe.
Walaupun fundamentalis, banyak kawanku tetap percaya vaksinasi di Jerman.
***
Kembali ke topik vaksinasi dan ayat 1 Kor 3:16-17. Menurut perhitungan statistik, dibutuhkan 92 hingga 94 persen populasi yang mendapat vaksinasi untuk mendapatkan imunitas bersama atau “Herd immunity” (wiki: en,de). Jadi ada 6 hingga 8 persen yang tidak divaksinasi namun masih bisa terlindungi sesamanya karena “herd immunity”. Melindungi sesama dari penyakit yang mematikan adalah salah satu bentuk kasih Kristiani. Hal ini membuat Injil Lukas menjadi relevan, yaitu Luk 10:27.
Bunyi Luk 10:27 adalah sebagai berikut.
Dalam bahasa Indonesia, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Terjemahan Baru, Lembaga Alkitab Indonesia)
Dalam bahasa Inggris, “Have love for the Lord your God with all your heart and with all your soul and with all your strength and with all your mind; and for your neighbour as for yourself.” (Bible in Basic English)
Dalam bahasa Jerman, “Du sollst Gott, deinen HERRN, lieben von ganzen Herzen, von ganzer Seele, von allen Kräften und von ganzem Gemüte und deinen Nächsten als dich selbst.” (Lutherbibel 1912)
Jadi cintailah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Lindungi dirimu sendiri dan sesamamu dari penyakit mematikan. Marilah vaksinasi dirimu dan keluargamu!
PPI Bremen sebagai organisasi yang hidup berevolusi seiring dengan pergantian generasi dari waktu ke waktu. Sebagian sifat dari generasi sebelumnya berubah ketika diturunkan pada generasi berikutnya. Hanya sifat yang sesuai kondisi zaman yang sintas (survival of the fittest). Salah satu pertanda evolusi pada PPI Bremen adalah evolusi pada logo. Jadi tulisanku kali ini adalah tentang logo.
Logo suatu organisasi menggambarkan semangat yang diperjuangkan para anggotanya. Dari logo, kita bisa merasakan gairah penciptanya. Logo menyimbolkan ciri khas suatu organisasi berdasarkan identitas anggota, kondisi geografis tempat organisasi berada dan semangat zaman (Zeitgeist). Pergantian logo menggambarkan perubahan generasi.
Mari kita lihat perkembangan logo PPI Bremen.
***
Logo PPI Bremen, sejak 2014
Logo PPI Bremen, karya Rizal Fadillah, 2014
Sejak 2014, PPI Bremen menggunakan logo dengan tulisan “PPI” berwarna hitam dan “Bremen” berwarna hijau, dengan latar belakang putih. Warna hijau dan putih adalah juga warna tim sepakbola Werder Bremen (wiki: en,de,id). Sejak 2003, ada lagu “Lebenslang Grün-Weiss” untuk Werder Bremen, yang artinya “Selamanya Hijau dan Putih”. Selain tulisan, ada gambar siluet 4 hewan yang bernama “Die Bremer Stadtmusikanten” atau “The Town Musician of Bremen” (wiki: de,en). Keempat hewan adalah keledai, anjing, kucing dan ayam jantan. Di Bremen, patung keempat hewan berada tepat di sebelah Alte Rathaus (Balai Kota Lama). Logo PPI Bremen ini karya Rizal Fadillah (fb,tw,tumblr).
Video “Weder Bremen, Lebenslang Grün-Weiss” bisa dilihat di youtube.
Entah kenapa, screenshot videonya dipilih yang menit segitu.
***
Logo PPI Bremen, tahun 2007 s.d. 2013
Logo PPI Bremen, Tim Designer, 2007
Antara tahun 2007 dan 2013, logo PPI Bremen menggunakan tulisan “PPI” berwarna bendera Jerman (Hitam, Merah dan Emas) dan tulisan “Bremen” berwarna biru. Gambar siluet “Die Bremer Stadtmusikanten” ditaruh di huruf ‘I’ pada “PPI”. Huruf ‘P’ yang merah dan latar belakang berwarna putih juga melambangkan bendera Merah Putih Indonesia. Aku lupa, logo ini dibuat oleh siapa. Aku duga dibuat oleh Vita Amanda (fb,) dan Ilham Nirwan alias Coy (fb,wiki: id). Yang jelas, Ilham berkata bahwa logo PPI Bremen selalu dibuat oleh tim.
Menurut teori evolusi, karakteristik yang diturunkan dari logo 2007 ke logo 2014 adalah tulisan “PPI Bremen” dan siluet “Die Bremer Stadtmusikanten”, sedangkan warna, ukuran huruf, letak komponen, dll mengalami mutasi. Warna bendera Jerman bermutasi menjadi warna Werder Bremen. Sesuatu nilai yang bersifat nasional menjadi lebih lokal. Semangat kedaerahan muncul, ketika jumlah pelajar Indonesia di Bremen semakin meningkat. PPI Bremen semakin bisa melakukan kegiatan secara mandiri dan tidak bergantung dengan PPI Jerman dan PPI tetangga.
***
Logo PPI Bremen sebelum 2007
Logo PPI Bremen, Dendy Asrari dan Ilham Nirwan, 2005
Sebelum Oktober 2006, PPI Bremen belum ada. Yang ada itu milis PPI Bremen. Sebelum ada milis, ada juga istilah “Rukun Tetangga (RT) Bremen”. Intinya sih, makan gak makan asal ngumpul. PPI Bremen dirintis oleh anggota milis yang kopi darat juga sambil makan-makan.
Logo PPI Bremen, tahun 2005, menggunakan tulisan “Bremen” berwarna hitam, tulisan “PPi” yang mengandung unsur bendera Jerman (Hitam, Merah, Emas) dengan urutan yang tidak pas dan logo PPI Jerman sebelah kiri. Huruf “i” yang merah dengan latar belakang putih juga melambangkan Bendera Merah Putih Indonesia.
Logo ini dibuat oleh Dendy Asrari (fb), mulai tahun 2005, dibantu teman-kos-nya: Ilham Nirwan. Logo ini sudah melalui tahap peer-review di milis PPI Bremen, nyaris 2 tahun. Paper ilmiah IEEE Transaction dan Elsevier memilki tahap peer-review dengan rata-rata 6 bulan. Akan tetapi, logo ini butuh 2 tahun, jadi logo ini sungguh teruji. OK, lebih tepatnya, anggota milis PPI Bremen pada komat-kamit dalam menentukan lokasi gambar, warna yang dipilih, ukuran font dan gambar, dll.
Berdasarkan teori evolusi, yang diturunkan dari logo 2005 kepada 2007 adalah unsur warna bendera Jerman dan Indonesia serta tulisan “Bremen” dan “PPI” atau “PPi”. Huruf ‘i’ bermutasi menjadi ‘I’. Ukuran dan bentuk font juga mengalami mutasi. Logo PPI Jerman tidak sintas (survive) diturunkan kepada generasi selanjutnya. Logo ini digantikan dengan “Die Bremer Stadtmusikanten”. Unsur kemahasiswaan PPI Jerman, yang melambangkan hubungan internasional Jerman-Indonesia digantikan unsur lokal Bremen, yaitu keempat hewan. Jerman dan Indonesia hanya digambarkan dengan warna dan tulisan “PPI” pada logo 2007. Pendiri PPI Bremen adalah tokoh-tokoh yang menginginkan independensi dari PPI Jerman, yang waktu itu redup. Semangat zaman (Zeitgeist) saat itu adalah otonomi PPI lokal dan bukan kontrol dari PPI Jerman yang terpusat.
***
Berikut ini, logo PPI Jerman yang mendasari logo PPI Bremen 2005. PPI Jerman adalah akar dari PPI Bremen.
Logo PPI Jerman
Pada gambar di atas, terdapat warna Hitam-Merah-Emas pada Bendera Jerman serta Merah Putih pada Bendera Indonesia. Sebelah kiri, ada logo PPI Jerman. Huruf “P” pada logo dibuat simetris dan huruf “I” dibuat dengan gambar obor. Aku tidak tahu penjelasan resminya. Akan tetapi, obor biasanya menggambarkan semangat yang berkobar atau terang ilmu pengetahuan.
Logo PPI Jerman, 2013
Di tahun 2006, logo PPI Jerman dianggap tidak senonoh atau berbau pornografi, jadinya ada usul untuk diubah. Akan tetapi hingga kini, PPI Jerman tetap menggunakan logonya. Beberapa PPI lokal, seperti PPI Bremen, menghilangkan logo PPI Jerman dan mendesain logo sendiri sesuai identitas lokal. PPI Jerman tidak memiliki kontrol atas PPI kota di bawahnya.
Tahun 2005, PPI Jerman meredup. Milis PPI Jerman ada. Akan tetapi pengurusnya tidak ada, sehingga harus direvitalisasi di akhir tahun 2006. Sulit untuk membuat PPI Jerman seperti tahun 70-an dan 80-an. Serangkaian kasus penyalahgunaan kekuasaan pengurus dan pelarian uang organisasi di tahun 90-an membuat PPI Jerman ditinggalkan. PPI lokal lebih menarik, walaupun beberapa PPI lokal di Jerman juga menyalahgunakan uang dan kekuasaan.
Lalu krisis Indonesia tahun 1998 dan perubahan sistem pendidikan tinggi di Jerman dari tahun 1999 hingga 2010 membuat kultur mahasiswa-mahasiswi Indonesia yang berbeda. Kelahiran Friendster (2002) dan Facebook (2004) serta media sosial lain juga membuat organisasi pelajar di Indonesia bergerak dengan cara yang baru. Di zaman sekarang, smartphone dengan aplikasinya membuat anggota PPI berkomunikasi dengan cara lain.
Sistem organisasi pelajar di Jerman saat ini masih mampu mengelola event kesenian dan olahraga dalam bentuk yang massal dan lancar. Namun ketika berhadapan dengan kegiatan konferensi ilmiah dan kegiatan politik Jerman-Indonesia serta perlindungan hak pelajar Indonesia, organisasi pelajar di Jerman saat ini masih gagap. Zaman Habibie masih jadi mahasiswa di Jerman dan zaman sekarang memiliki tantangan berbeda.
Apa pun yang terjadi, semoga organisasi seperti PPI Bremen maupun PPI Jerman bisa menjawab tantangan zaman. Sesuai teori evolusi Darwinian, hanya mereka yang sesuai (fit) dengan keadaan lingkungannya yang akan sintas dalam seleksi alam.
Heute habe ich zwei witzige Artikeln auf Monster gelesen, die von Francoise Hauser geschrieben werden. Die Artikeln erzählen uns, dass wir viele Begriffe von Stellenanzeigen aufpassen müssen. Es könnte verschiedene Bedeutungen geben.
Nach der Lesung, denke ich darüber nach, ob ich hochmotiviert bin und ob ich richtige Schlüsselkompetenzen habe. Bei einer schlechten Arbeit ist Geld meine eigene Motivation. Das geht auch bei schlechten Arbeitsklima, bzw. -Kollegen. Da bedeutet es, dass ich keine Selbstmotivation habe. Ich frage mich selbst, was meine Kompetenzen sind. Sind die richtig für die Stelle, um die ich bewerbe. Eigentlich spezialisiere ich mich nicht auf etwas bestimmtes. Troztdem weiss ich viel, aber nicht tief.
Was Stellenanzeigen sagen. (Monster)
Jetzt verstehe ich, warum eine gute Arbeit zu finden nicht leicht ist. “Wir suchen ab sofort” bedeutet dass die Arbeitgebern nur lang erfahrene Leute suchen. Ich habe nur kurze Erfahrung. Für mich sind nur die Stellen mit “kontinuerlichen Weiterentwicklung”. Da bekomme ich bescheidene Entlohnung und jede Woche neue Aufgaben.
Übrigens habe ich Erfahrung dass “internationales Umfeld” einen echten Kulturshock bedeutet. Ich habe gelernt dass ich nur mit Westeuropäern und Sudöstasianern gut arbeiten kann. Mit anderen Nationalitäten verschwende ich meine Zeit für Konflikt-Management und nicht für die Erledigung von Aufgaben.
***
Diese Blogpost ist eine Folge von meiner Bemerkung über “Bewerbisch schreiben” von Francoise Hauser.
Ada hal yang mengganggu pikiranku sebagai seorang (yang ingin jadi) engineer. Aku melihat hal-hal yang berbau teknologi dan engineering secara skeptis. Sebagai pembaca tulisanku, kalian juga harus kritis: bagaimana cara melihat bau?
Satu hal yang mengusik pikiranku adalah salah satu toilet pria di kantorku di Jade HS Oldenburg. Di sana, wastafel menyediakan putaran keran biru dan merah. Putaran biru itu simbol air dingin sedangkan merah itu simbol air panas. Ketika kuputar yang merah, air yang keluar tetap dingin. Mengapa?
Suatu hari aku melakukan investigasi. Kulihat pemanas air di bawah wastafel. Dia adalah pemanas listrik. Berdasarkan sambungan pipa air, seharusnya air panas bisa mengalir. Akan tetapi, aku melihat kabel listrik tidak tercolok. Aku pun celingak-celinguk mencari lubang colokan listrik pada tembok. Ternyata tidak ada!
Aku pun menyadari bahwa engineer adalah mereka yang mendesain pemanas listrik tapi tidak menyediakan akses ke sumber listrik. Kampus ini menghasilkan lulusan arsitek dan teknik sipil. Akan tetapi, mengapa desain toiletnya seperti ini?
Seperti kata Pat Kay, temannya Sun Go Kong dan murid biksu Tong Sam Chong, “Memang begitulah engineering, deritanya tiada akhir”. Darah Juang! Darah Juang!
Kini aku mulai berkarya di kota Oldenburg, di Jerman (wiki: en,de,id). Kota ini terletak di Sachsen Hilir atau Niedersachsen atau Lower Saxony (wiki: en,de,id), yang sebelah Barat, dekat Laut Utara. Sebagian nenek moyang orang Oldenburg adalah pelaut Hanseatic. Mereka berdagang dengan Hansa Cog (Hansa Kogge), suatu kapal kecil. Zaman dahulu, daerah ini adalah daerah Frisian. Sebagian daerah Frisian menjadi wilayah Belanda, kemudian susu di sana menjadi susu Frisian Flag. Sebagian lain, menjadi wilayah Jerman, kemudian susu di sini menjadi Oldenburg Milk. Apapun susunya, semua berasal dari ibu. Dalam hal ini, ibu sapi.
Mengapa aku jadi membicarakan susu?
Kembali ke topik. Aku berada di Oldenburg karena terdaftar menjadi mahasiswa di Carl von Ossietzky Universität Oldenburg, disingkat Uni Oldenburg (wiki: en,de). Berhubung aku masih bingung dengan sistem penerimaan mahasiswa doktoral di suatu graduate school di Uni Oldenburg ditambah pegawai administrasi bilang kalau fakultasku belum dibuka, mereka memberi surat/kartu pelajar (Immatrikulationbeschenigung) yang menyebut aku mahasiswa psikologi. Berikutnya aku dapat kartu bertuliskan “Neurosensory Science and Systems”.
Walau aku tercatat sebagai mahasiswa psikologi di Uni Oldenburg, aku berkantor di Jade Hochschule Oldenburg (wiki: en,de,de). Di Jerman, Hochschule itu “university of applied science” atau Sekolah Tinggi. Di sana aku bereksperimen dengan sinyal otak (EEG), robot, dll untuk studi doktoralku. Bulan-bulan ke depan, aku juga akan sering meneliti di Fraunhofer IDMT di Oldenburg (wiki: de). Pembimbing utamaku berkantor di Jade HS Oldenburg dan Fraunhofer IDMT. Karena posisinya gaib, sulit ditebak di mana, jadi Profesorku ini membuatku menjadi sama-sama makhluk gaib yang harus bisa berpindah-pindah tempat. Oh, ya, kadang ada kegiatanku di Uni Bremen, AWI di Bremerhaven, IAS di Delmenhorst, dll jadinya mobilitas gaib adalah bagian dari ngélmu.
Kini terjawab sudah mengapa aku membuat blog tentang Niedersachsen, sesuai janjiku pada posting sebelumnya: Mukadimah.
Kredit rumah dengan nol uang muka (down payment, DP) mengalami peningkatan trend di media Indonesia karena ada tim salah satu pasangan calon gubernur DKI Jakarta yang mengungkapkan itu [1,2,3,4,5,6,7,8,9,10]. Bisakah kredit rumah dengan cara seperti itu? Ada peraturan Bank Indonesia, no. 18/16/PBI/2016, yang menyebutkan berapa uang muka yang wajib dibayar pe […]
After experimenting with different EEG amplifiers, I got more information about different EEG electrode position. And then my summary ought to be revised. Below are the revisions in my PhD note. Motor imagery electrode placement (wp: 03.04.2015) Motor imagery electrode placement (blog: 03.04.2015) Motor imagery electrode placement, with figures (wp: 11.09.20 […]
Akhir-akhir ini, di dunia maya Indonesia terdapat perbincangan mengenai quick count dan ukuran sampel yang dipakai. Hasil quick count dari lembaga penelitian yang berbeda menunjukkan persentase berbeda. Ada lembaga membuka metodologi yang digunakan dan dapat diunduh di website mereka, contoh Saiful Mujani Research Center. Beberapa tidak menunjukkan metodolog […]
Bandung Brain-Computer Interface (BCI) Bionic Arm (wp,blog) is on Indonesia Morning Show, Net TV. There we can see the demo: Putting the Emotiv EPOC headset. Calibration with ball and box from the laptop. Single-trial Motor imagery BCI to control the robotic/bionic arm From the video, I can see that BCI2000 is used to connect the […]
After reading the theses from my research mates from Uni Oldenburg, as well as Uni Bremen, I summarized some EEG electrode placements in my PhD note. So these are the links to my note. Motor imagery electrode placement (wp: 19.08.2014) Motor imagery electrode placement (blog: 19.08.2014) Motor imagery electrode placement, with figures (wp: 11.09.2013) Motor […]
Previously, I have written about Bandung Brain Computer Interface (1,2,3) and the lack of research publication from Indonesia about BCI (wp, blog). Now, there are new youtube video from Ary Setijadi Prihatmanto, my former lecturer at the Electrical Engineering of Institut Teknologi Bandung (ITB). The video is about the research on bionic arm, controlled by [ […]