Skip navigation

Tag Archives: twitter

Setelah menulis tentang Bloody Valentine: Cinta Berdarah, tanpa sengaja aku melihat burungku berkicau tentang Valentine. Ternyata aku hanya berkicau tentang Hari Cinta Kasih itu ketika aku sedang berada di Bremen, hanya di Bremen 1.0 dan Bremen 2.0. Selama di Nürnberg, Bayern, aku tak pernah berkicau tentang Hari Kasih Sayang ini. Apakah Bremen itu tanah galau? Apakah selama di Bayern yang kupikirkan hanya “kerja, kerja, kerja” sehingga aku tak punya cinta? Arbeit! Arbeit! Arbeit!

Lange Rede kurzer Sinn, di bawah ini kicauanku tentang Valentine selama di Bremen.

***

Bremen 2.0: masa-masa di Bremen dari 15 Desember 2012 hingga kini

***

Bremen 1.0: masa-masa di Bremen dari 1 April 2006 hingga 31 Juli 2011.

***

Andai dulu Twitter sudah ditemukan, mungkin lebih banyak kicauan cinta dari masa-masa hidupku di Bandung, kota yang romantis. Angin malam kota Bandung menghembuskan kerinduan akan pelukan kekasih, sedangkan angin kota Bremen menggerakkan kincir angin untuk bekerja penuh energi. Kerja! Kerja! Kerja!

Bremen, 18-19 Februari 2015

iscab.saptocondro

iscab di Bremen Bercinta — http://iscabremen.blogspot.com/2015/02/kicauan-valentine-di-bremen.html

Aku suka dengan film seri “2 Broke Girls” [1], tentang dua wanita yang “broke” [2] dan menjadi kelas pekerja untuk menyambung hidup. Mereka berdua bernama Max Black dan Caroline Channing. Keduanya bekerja di warung makan milik Han. Di sana bekerja pula seorang bekas pemain musik yaitu Earl. Banyak kritik sosial yang muncul dalam film seri ini, dalam bentuk satire dan jokes yang sinis atau sarkastis. Sarkasme adalah hal yang membuatku jatuh cinta dengan Max Black, yang diperankan oleh Kat Dennings.

Max Black (Kat Dennings), “2 Broke Girls” from CBS 

Sesuai judul posting blog ini, pada satu episode, Earl berkata bahwa dulu dia mencatat ide-ide di tissue toilet, kini orang menggunakan Twitter. Kritik sosial yang menarik. Kebetulan aku termasuk orang yang menggunakan Twitter untuk mencatat ide. Lebih tepatnya aku menggunakan social media lain (Plurk, Path, dll) yang kemudian disambung ke Twitter. Aku dibesarkan di Indonesia yang tidak memiliki tradisi bersih diri menggunakan tissue toilet, tetapi dengan air dan sabun [3].

Tissue toilet dulu digunakan juga oleh Antonio Gramsci [4], ketika menulis teori-teori Marxisme ketika Gramsci dipenjara pada zaman Mussolini. Andai Gramsci bisa menulis di blog atau di Twitter, mungkin Marxisme Italia memiliki perkembangan berbeda dalam perlawanannya menghadapi  fasisme Mussolini dan Hitler.

Dalam kisah “V for Vendetta” [5], versi film [6], diceritakan bahwa Evey Hammond, membaca gulungan tissue toilet yang ditulis oleh Valerie Page. Dari gulungan tersebut, Valerie Page menceritakan dirinya seorang aktris film yang dipenjarakan lalu dihukum mati, oleh pemerintah yang fasis, karena Valerie lesbian. Evey Hammond mengalami simulasi penyiksaan dalam penjara sembari membaca gulungan tersebut. Oh, ya, Evey Hammond diperankan oleh Natalie Portman dalam film. Adegan ketika Evey mengalami simulasi penyiksaan mengingatkanku akan OSpek di ITB yang kualami. Jadi bagian ini yang paling berkesan dalam film.

Aku juga teringat dulu di ITB memiliki kawan yang membawa buku ide. Dia menulis ide-idenya di buku kecilnya kalau tiba-tiba inspirasi muncul. Ketika tidur, buku ide berada di sampingnya. Siapa tahu dia susah tidur atau tiba-tiba terbangun karena ide menghampirinya. Aku tidak mencontoh cara kawanku mencatat ide.

Aku mencatat ideku secara acak-acakan. Kadang di buku tulis. Kadang di kertas. Kadang di Twitter (via social media lainnya). Kadang di blog. Kadang di Excel. Kadang di file txt yang kutulis dengan notepad dan text editor lainnya. Kadang jadi coding singkat dalam bahasa C/C++ atau MATLAB. Karena catatanku tersebar dalam berbagai bentuk dan di mana-mana, aku suka pusing kalau harus mengingat-ingat. Akan tetapi, aku belum pernah mencatat ide di tissue toilet.

Jadi di manakah kamu biasanya mencatat ide?

***

[1] “Two Broke Girls”, adalah serial TV dari CBS (fb; wiki: en,de,idimdb).
[2] “broke” biasanya diterjemahkan sebagai bangkrut. Namun dalam konteks ini, lebih tepat jika “broke” diartikan sebagai tidak punya banyak uang. Caroline Channing tiba-tiba “broke” karena kekayaan keluarganya disita oleh pengadilan karena ayahnya melakukan kejahatan finansial. Caroline kehilangan tempat tinggal dan akhirnya menumpang di apartemen Max. Sedangkan Max Black “broke” karena dia memang lahir dari kelas pekerja dan dia tak punya modal dan alat produksi. Max menyambung hidup dengan bekerja dan tinggal murah secara ilegal di suatu apartemen.
[3] Bersih diri = cebok
[4] Antonio Gramsci adalah seorang teoretikus Marxisme dari Italia (wiki: en,de,id; web marxist org).
[5] “V for Vendetta” (1982) adalah komik karangan Alan Moore dan David Lloyd, tentang seorang anarchist bertopeng “Guy Fawkes” bernama V yang melakukan revolusi melawan Pemerintah Inggris yang fasis (wiki: en,de,id).
[6] “V for Vendetta” (2005) adalah film adaptasi komik [4] di atas, disutradarai oleh James McTeigue dan ditulis oleh Wachowski bersaudara (wiki: en,de,idimdb).

Semoga ide-idemu tidak terguyur bersama tissue toilet, atau tertimbun oleh kicauan Twitter yang tak bermakna.

Oldenburg, 28 Januari 2015

iscab.saptocondro

iscablog, euy — http://iscab.blogspot.com/2015/01/twitter-dan-tissue-toilet.html

Posterous is dead.

Hari ini, kumelihat Posterous. Ada tulisan “Posterous is closing down on April 30, 2013”. Ini akibat terbunuh oleh burung yang galak. Burung ini bukan Angry Bird, melainkan Twitter.

Tahun 2011 dan 2012, aku mencoba Posterous untuk membuat tulisan yang ganda di blog-blogku di Blogspot dan WordPress. Posting terjadi sesuai kehendakku dengan optimal. Aku bisa membagi posting dengan asyik. Juga ke akun kicauan burungku.

Sejak 12 Maret 2012, Twitter mengakuisisi Posterous. Lalu terjadilah keanehan. Posting tidak bisa terbagi secara otomatis dengan apik. Ini mengingatkanku akan tulisan Pak Budi Rahardjo: “Dibeli untuk dimatikan?“. Beberapa perusahaan dibeli perusahaan yang lebih besar untuk dimatikan.

Kini caraku membuat posting blog harus kembali seperti dahulu. Tidak ada lagi auto-posting. Semua harus kulakukan secara manual. Kalau ingin auto-posting mungkin aku butuh waktu bulanan untuk mengembangkan aplikasi sendiri.

Belajar web programming buatku yang gaptek ini kaga gampang, lho. Aku kan harus kerja 40-60 jam seminggu demi sesuap nasi dan sepetak tanah serta selembar pakaian, yang termultiplikasi oleh koefisien anti-majas.

Belajar programming yang kaga ada urusannya sama kegiatan “mencangkul” itu butuh waktu luang. Padahal waktu yang terbatas ini juga kupakai untuk kegiatan jalan-jalan dan mencari jodoh.

Sebenarnya bisa aja aku melakukan semi-auto-posting menggunakan email. Atau kupakai IFTTT (if this then that), untuk pengganti auto-posting Posterous. Tapi ada beberapa hal yang harus kusesuaikan dulu, terutama masalah link yang keluar dan penampilan akhir. Kemungkinan IFTTT dibantai oleh perusahaan lain yang lebih besar tetap ada.

Apapun yang terjadi, aku harus membiasakan diri dengan teknologi yang ada. Aku akan tetap menulis karena aku terlahir untuk berbagi. Itulah Dharmaku yang tak bisa kutentang. Sampai jumpa di tulisan berikutnya.

 

Bremen, 26 Februari 2012

iscab.saptocondro

P.S. Gambar-gambar di blogku kemungkinan akan hilang seiring dengan kematian Posterous, pada Selasa Wage, 30 April 2013.